Blog Mencegah Sick Building Syndrome Atau SBS Di Gedung Kantor

Mencegah Sick Building Syndrome Atau SBS Di Gedung Kantor

Mencegah Sick Building Syndrome Atau SBS Di Gedung Kantor

Kedokteran okupasi pada tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah kesehatan akibat lingkungan kerja yang berhubungan dengan polusi udara, indoor air quality (IAQ) dan buruknya ventilasi gedung perkantoran.

Pada tahun 1984 WHO melaporkan bahwa lebih dari 30% bangunan gedung baru yang ada di seluruh dunia mungkin menjadi subjek keluhan terkait keluhan udara dalam ruangan (indoor air quality atau IAQ), sedangkan menurut riset yang dilakukan The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) AS pada tahun 1997, sebanyak (52%) penyakit pernapasan berasal dari kurangnya ventilasi dalam gedung serta kinerja Air Conditioning (AC) gedung yang buruk dimana hal ini terkait dengan Sick Building Syndrome (SBS).

Sick Building Syndrome dikenal dengan nama lain seperti Sealed Building Syndrome dan Tight Building Syndrome sedangkan dalam Bahasa Indonesia sudah diterjemahkan menjadi Sindroma Gedung Sakit. Didefinisikan oleh Environmental Protection Agency (EPA) Amerika sebagai situasi di mana penghuni gedung mengalami gejala akut dan efek ketidaknyamanan yang berkaitan dengan lamanya waktu yang dihabiskan di dalam gedung, tapi tidak ada penyakit atau penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi. Keluhan tersebut dapat dilokalkan di suatu ruangan atau zona tertentu, atau gangguan respirasi di tempat kerja dan biasanya keluhan akan hilang saat meninggalkan gedung tersebut. Gejala-gejala ini dinyatakan sebagai sick building syndrome apabila gejala tersebut minimal dialami oleh 20% dari pekerja yang berada di dalam Gedung.

Gejala dan Keluhan Sick Building Syndrome

Gejala yang sering dirasakan oleh para penghuni gedung “sick building syndrome” adalah sakit kepala, pusing, mual, iritasi mata, iritasi hidung atau iritasi tenggorokan, batuk kering, kulit kering, gatal, sulit konsentrasi, kelelahan, kepekaan terhadap bau, suara serak, alergi, dingin, gejala seperti flu, peningkatan kejadian serangan asma dan perubahan kepribadian. Meskipun penyebab gejala tidak diketahui, namun dapat mengurangi efisiensi kerja dan meningkatkan ketidakhadiran yang umumnya terkait dengan keluhan respirasi. Gejala tersebut dapat memburuk apabila seseorang semakin lama berada di dalam gedung tersebut dimana sebagian keseluruhan gejala tersebut akan hilang setelah meninggalkan gedung.

Adapun penyebab Sick Building Syndrom serta Keluhan yang dialami:

  1. Gejala sakit kepala yang muncul di dalam sebuah ruangan dapat disebabkan oleh kebisingan, iluminasi kantor, penggunaan layer display, volatile organic compounds, level stress dan pekerjaan yang monoton.
  2. Gejala bersin-bersin, pilek dan hidung tersumbat yang muncul disebabkan oleh polutan debu, polutan biologi, volatile organic compounds,system ventilasi yang kotor, lalai melakukan Tindakan perawatan.
  3. Gejala iritasi mata, hidung, dan tenggorokan disebankan oleh Gas CO, NO2 dan SO2 yang dihasilkan dari :
    • Peralatan pemanas yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik. Penggunaan printer, scanner, mesin fax dan mesin fotokopi yang dapat menghasilkan ozon
    • Volatile Organic Compounds (VOCs) yang bisa muncul dalam banyak substansi termasuk parfum, karpet, dan napas manusia. VOCs adalah semua kandungan komponen bahan kimia organik yang dapat menguap dan dapat mencemari udara.
    • Kondisi buruknya udara yang sampai ke membran selaput lendir yang dideteksi oleh reseptor manusia sehingga menyebabkan iritasi mata, hidung dan tenggorokan
    • Pencemar biologis, yaitu bakteri, jamur, serbuk (pollen) dan virus yang dapat berkembang biak dalam air tergenang yang terkumpul dalam pipa, penampung air AC, atau tempat air berkumpul seperti di langit-langit (bocor), karpet, atau penyekat (insulation).
  4. Gejala batuk dan serak dapat disebabkan oleh pencemar biologis (mikroorganisme), seperti bakteri, jamur, serbuk (pollen) dan virus. Jamur dan bakteri biasanya ditemukan tumbuh dalam sistem Heating, Ventilation, and Air Conditioning (HVAC) yang menandakan bahwa sistem HVAC dalam keadaan lembab dan pembersihannya tidak dilakukan secara rutin.
  5. Penyebab gejala mata berkunang-kunang terjadi apabila seseorang menggunakan matanya untuk berakomodasi secara penuh atau berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Gejala ini berhubungan dengan penggunaan peralatan layar display (dalam hal ini komputer) yang menuntut mata seseorang untuk menerima radiasi yang dipancarkan dan kurangnya kadar cahaya yang ada dalam ruang kerja. Gejala mata berkunang-kunang apabila dibiarkan lama akan berpengaruh pada anggota tubuh yang lain, khususnya kepala, sehingga orang tersebut akan mengeluhkan gejala sakit kepala.
  6. Gejala gatal dan bintik merah pada kulit dapat disebabkan oleh debu yang ada di sekeliling pekerja dalam ruang kantor dan polutan biologis yaitu bakteri yang dibawa oleh pekerja dari luar seperti Staphylococcus dan Micrococcus yang ada pada kulit manusia, serta spesies Streptococcus yang dihembuskan dari nasal/pharynx saat seseorang berbicara. Debu di dalam ruang kerja berasal dari debu yang terakumulasi dalam karpet, lubang Air Conditioning (AC), dan permukaan terbuka yang dapat dipenuhi debu seperti rak, lemari, dan meja kantor.
  7. Gejala mual terjadi karena berbagai faktor sebagai berikut:
    • Kebisingan dalam jangka waktu lama.
    • Ventilasi yang tidak memadai sehingga seseorang tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk bernapas dengan normal.
    • Volatile Organic Compounds (VOCs) yang ditemukan pada karpet baru maupun peralatan kantor yang baru seperti lemari, meja, kursi. VOCs dapat dideteksi dengan adanya bau-bauan yang dikeluarkan dari peralatan baru tersebut.

Upaya Pencegahan Sick Building Syndrome

  1. Eliminasi dan substitusi merupakan upaya yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan indoor air quality (IAQ). Contohnya adalah pemeliharaan secara rutin sistem pendingin udara, pembersihan atau menyimpan kontaminan biologi, peniadaan penggunaan karpet atau pembersihan karpet secara rutin, membuat himbauan dilarang merokok.
  2. Menyimpan cat, perekat, pelarut atau bahan berbahaya dan beracun serta bahan yang memiliki bau yang tajam di area yang berventilasi baik.
  3. Memberikan waktu yang cukup untuk bangunan yang baru dibangun atau renovasi untuk menghilangkan sumber bau dan debu sebelum dihuni.
  4. Meningkatkan tingkat ventilasi dan distribusi udara. Pada ruangan tertentu seperti kamar mandi, ruang foto copy, ruang cetakan sangat dianjurkan untuk menggunakan exhaust untuk menghilangkan polutan dalam ruangan.
  5. Hindari penyalaan AC secara terus menerus, AC perlu dimatikan supaya kuman tidak berkembang biak di tempat lembab. Ketika AC dimatikan, jendela perlu dibuka lebar-lebar agar sinar matahari masuk kedalam ruangan, karena panas matahari dapat membunuh sebagian kuman.
  6. Alat-alat kantor yang mengakibatkan pencemaran udara, seperti mesin foto copy dan printer diletakkan dalam ruangan terpisah.

Pekerja Berisiko Terkena Sick Building Syndrome

Penghuni gedung yang berisiko terkena sick building syndrome adalah pekerja yang berada dibangunan dengan struktur tertutup, ventilasi alami sangat terbatas dan menggunakan ventilasi mekanis atau sistem pendingin udara tanpa membuka jendela, sedangkan risiko tertinggi ada pada pekerja yang rutin menggunakan peralatan layar display seperti computer, laptop, tablet, dsb.

Pemakaian Air Conditioning sangat berperan sebagai alat untuk mengatur suhu udara dalam ruangan yang memberikan kenyamanan ketika bekerja. Menurut Standar Baku Mutu sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.261, suhu yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja adalah 18°C – 26°C. Penggunaan AC yang bercampur dengan udara luar dapat menyebabkan pertukaran udara terjadi secara alami dan dapat mengurangi terjadinya risiko SBS, dibandingkan dengan ruangan yang suhu udara sepenuhnya diatur oleh AC.

Adapun salah satu penyebab Sick Building Syndrome adalah pencemar biologis (mikroorganisme), seperti bakteri, jamur, serbuk (pollen) dan virus. Beberapa mikroorganisme bahkan ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam cooling coils sistem Air Conditioning (AC), filter dan sistem humidifiers dalam saluran suplai udara sistem Air Conditioning (AC). Sehingga jika sistem HVAC di dalam sebuah gedung tidak dibersihkan dan dirawat dengan cara yang tepat, maka akan menyebabkan bahaya pada kesehatan penghuni gedung yang ada dalam ruangannya.

Gelair Air Treatment mencegah terjadinya Sick Building Syndrome dengan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan melalui sistem HVAC. Gelair didirikan di perkebunan Tea Tree di bagian utara New South Wales pada tahun 1998. Gelair Air Treatment menggunakan Tea Tree Essensial Oil sebagai antiseptik alami untuk memerangi dan mencegah berbagai jenis jamur, bakteri, virus, terbukti efektif dalam mengendalikan Golden Staph (Staphylococcus aureus) untuk strain yang resisten terhadap Methicilin (MRSA) dan Vancomycin (VRSA).

Cek link topik berikut ini untuk aplikasi pemakaian Gelair pada sistem HVAC.

Gelair Block Melawan Jamur Pada Air Conditioner

Tingkatkan Kualitas Udara Di Ruangan Anda Dengan Perawatan Udara Gelair.